29.7 C
Jakarta

Melawan Kebangkitan Radikalisme

Artikel Trending

EditorialMelawan Kebangkitan Radikalisme
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Rabu 20 Mei 2020, kita ucapkan selamat hari kebangkitan nasional. Sebuah momentum bersejarah atas lahirnya organisasi Budi Utomo, di mana kelahirannya telah membuka lembaran baru terhadap kesadaran masyarakat Indonesia untuk kembali merdeka dan berjihad melawan kebangkitan paham radikalisme.

Term radikalisme adalah fokus perhatian pemerintahan Jokowi-Ma’ruf di periode Jilid-II, baik melalui institusi Polri, Kementerian Agama, Menkopolhukam, dan Kominfo. Mereka ini, selalu menjadi tuntutan pemerintah dalam menangkal hoaks, ujaran kebencian, intoleransi, dan radikalisme, serta terorisme. Persoalan ini tentu dianggap ancaman serius bangsa kedepannya.

Skenario pemerintah hendak menangkal ancaman yang cenderung menimbulkan perpecahan bangsa. Jadi, patut diapresiasi atas apa yang diproyeksikan selama untuk kepentingan masa depan negara kesatuan republik Indonesia (NKRI). Misalnya, penguatan toleransi agama, kebersamaan, dan kebhinekaan.

Dilansir setkab.go.id Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G. Plate, mengatakan. Mari manfaatkan ruang digital secara tepat dan bijak. Katakan tidak pada segala jenis hoaks, ujaran kebencian dan berbagai jenis penyalahgunaan ruang digital yang mencederai semangat persatuan dan kesatuan sebagai bangsa.

Pandangan menarik apa yang telah ia kemukakan ke ruang publik, sikapnya yang jernih memiliki kecenderungan membangun optimisme di tengah kehidupan masyarakat. Di mana segala bentuk ancaman telah kita hadapi dengan senyuman, khususnya terkait radikalisme yang kian marak dan menjadi musuh agama dan negara.

Komitmen semua agama dan negara dalam peran kebangsaan tidak pernah luput dari monster radikalisme. Adalah paham yang sungguh-sungguh membuat masyarakat resah, sebab hal itu tidak hanya merongrong komitmen negara. Namun, mengganggu Pancasila sebagai ideologi yang melahirkan dimensi persatuan, kebersamaan, dan kedamaian.

Sehingga bukan suatu keheranan ketika munculnya radikalisme telah menjadikan negeri ini sebagai negeri horor atau yang menakutkan. Takut itu dalam konteks potensi perpecahan yang mereka timbulkan baik melalui gerakan, tindakan, dan narasi kebencian. Yang sebenarnya dapat merusak tatanan keindonesiaan.

Kebangkitan Radikalisme

Radikalisme kali ini lebih darurat dibanding Covid-19, sebab realitasnya sejak ada beberapa hal. Pertama, kajian daring/online para aktivis eks HTI di Youtube. Terdapat dua jenis, Fokus Khilafah Channel, dan Khilafah Channel. Kedua, pembebasan Habib Bahar bin Smith dan narasi kriminalisasi ulama. Ketiga, mosi tidak percaya pada Presiden dan pemerintahan.

Bukti materil tersebut tidak dapat dipungkiri oleh militan eks HTI dan kaum radikalis lainnya. Bahwa wujud radikalisme ibarat monster yang menakut-nakuti umat beragama. Dengan demikian, agar kita mudah terpecah belah, dan tidak lagi berkomitmen menggalang solidaritas umat yang bertujuan untuk persaudaraan.

Tetapi, fenomena itu justru mendorong Presiden Jokowi lebih bersikap tegas sebagaimana dilansir vivo.co.id. Lebih seabad lalu, rakyat berjuang mewujudkan suatu bangsa yang besar, kuat, dan bersatu, yang ditandai dengan berdirinya Budi Otomo. Hari ini, 112 tahun kemudian, kita kembali ditantang untuk mewujudkan solidaritas sosial dan persaudaraan sejati mengatasi Pandemi Covid-19.

BACA JUGA  Pertaruhan Pemilu 2024 dari Terorisme

Inilah yang perlu kita waspada, ditengah Pandemi Covid-19 membuat kelompok-kelompok radikal berkesempatan mengkritik penanganan korban positif virus corona. Kemudian, mereka beranggapan wabah ini diakibatkan tidak menegakkan ideologi khilafah, bahkan berbagai kritik dan nyinyiran sering dilontarkan.

Setelah kita cermati penggerahan narasi kebencian dan provokatif demikian. Adalah perilaku sangat tidak pantas sebagai umat beragama, agama yang kita anggap merupakan sumber di mana kita mengamalkan nilai-nilai etika (akhlak), dan moral. Sebaliknya, malah keluar dari koridor doktrin agama itu sendiri.

Memang begitulah realitas radikalisme yang hari demi hari berkembang di negara Pancasila ini. Ironinya, menghujani dunia maya dengan paham-paham intoleransi yang memicu suburnya bibit-bibit baru radikalisme. Pemerintah seakan-akan lupa akibat fokus perhatiannya pada korban virus corona, sehingga masalah yang lain kadangkala membuatnya lupa, lupa, dan lupa. Padahal, itu musuh nyata yang berbahaya

Tips Menangkal

Pada hari kebangkitan nasional, kita jangan sampai terjebak atas paham radikalisme yang berkembang pesat di dunia nyata maupun di dunia maya. Lebih-lebeih di era Pandemi Covid-19, orang mudah saja termakan isu provokatif dan hoaks. Oleh karena itu, perlu ambil tindakan untuk menangkal kebangkitan radikalisme.

Adapun metode strategis menangkal paham radikal dapat melalui berbagai pendekatan. Pertama, penekanan model pengembangan moderasi beragama memiliki kecenderungan memperkuat komitmen kita dalam berbangsa dan bernegara. Kedua, halaqah kebangsaan di institusi pendidikan baik nyata maupun daring/online.

Ketiga, sosialisasi literasi kebangsaan pada masyarakat dan generasi milenial tentang bagaimana berkomitmen merawat ideologi Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945. Keempat, peran media Islam moderat seperti Harakatuna.com, Nu.or.id, BincangSyariah.com, dll. Peran media online kontra-produktif tersebut dalam rangka menangkal radikalisme yang menghujani dunia maya.

Keempat, penerapan metode hafalan lagu kebangsaan yaitu Indonesia Raya. Perlu kita hadir membina masyarakat dan generasi milenial agar lagunya membuat mereka terbentuk menjadi umat beragama yang baik dan bangga akan identitasnya. Kelima, peran institusi negara dan ormas keagamaan yang harus aktif dan partisipatif.

Strategi tersebut dapat menjadi keyakinan umat beragama di seluruh Indonesia bagaimana bibit-bibit radikalisme harus tetap terkubur dalam-dalam. Sehingga kematiannya tentu adalah suatu momentum terbaik dan membuat kita kembali bangkit melawan pemahaman dan kelompok radikalisme di seluruh jagat negeri ini.

Untuk itu, #SelamatHariKebangkitanNasional bukan hanya bertujuan solid menangani korban virus corona. Melainkan juga peduli meretas doktrin-doktrin radikal yang bisa saja membuat jiwa kita terlena atas perilaku-perilaku buruknya. Setidaknya, dengan berkata kebenaran itu menunjukkan mutiara keteladanan, sedangkan berkata kebohongan hanyalah akhir dari kesesatan keberagamaan. Itulah radikalisme hanyalah paham yang takut berkata pada kebenaran.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru