30 C
Jakarta
Array

Keuntungan Dibalik Kerugian

Artikel Trending

Keuntungan Dibalik Kerugian
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Dalam kehidupan di dunia ini, manusia selalu berhitung dalam aktivitasnya, terutama jika aktivitas itu berkaitan langsung dengan uang. Manusia selalu berhitung karena selalu menginginkan keuntungan atau setidaknya tidak ingin merugi. Bahkan ada diantara manusia yang sampai gelap mata, melakukan hal-hal yang dilarang agama hanya demi meraih keuntungan.

Dalam soal berhitung dan mencari keuntungan, kaum Mukminin memiliki pandangan yang berbeda, bahkan kadang bertolakbelakang dengan perhitungan manusia pada umumnya. Perhitungan kaum Mukminin yang sangat canggih bahkan bisa memperhitungkan adanya keuntungan dari aktivitas yang dalam pandangan manusia pada umumnya terlihat merugi.

Kisah Kerugian Pada Pinjaman

Salah satu aktivitas yang dinilai bisa memberikan keuntungan adalah ketika terjadi pinjam meminjam uang.

Dalam aturan jahiliyah yang juga masih berlaku di banyak tempat pada masa kini adalah pengenaan bunga atau riba atas pinjaman. Kadang riba tersebut dikenakan langsung atas pinjaman. Ada juga riba dikenakan bila pengembalian pinjaman terlambat dari waktu yang dijanjikan.

Motif utama dari riba tersebut tentu saja untuk mendapatkan keuntungan dari uang yang dipinjamkan. Oleh karenanya terkadang riba yang dikenakan sangat tinggi, bahkan dalam banyak kasus bisa menjelma menjadi lebih besar dari pokok pinjamannya.

Bagi orang-orang yang mempraktekkan pengenaan bunga atas pinjaman seperti ini, ajaran Islam yang tidak memperkenankan riba atau perhitungan tambahan atas uang yang dipinjamkan merupakan ajaran yang sangat aneh. Ajaran Islam dipandang akan membawa kerugian dari segi materi.

Dalam pemahaman orang-orang seperti itu, riba adalah bentuk win-win solution. Orang yang meminjam memperoleh pinjaman sedang orang yang meminjamkan tidak mengalami kerugian karena ada “kompensasi” berupa riba.

Keuntungan Dibalik Kerugian

Memberi pinjaman tanpa riba yang dipandang merugikan oleh banyak orang, di mata kaum Mukminin merupakan potensi keuntungan besar berdasarkan hadits-hadits berikut:

1. Pinjaman bisa bernilai sedekah

من أنظر معسرًا فله بكل يوم صدقة قبل أن يحل الدين فإذا حل الدين فأنظره كان له بكل يوم مثلاه صدقة

Barangsiapa memberi tenggang waktu pada orang yang berada dalam kesulitan, maka setiap hari sebelum batas waktu pelunasan,  dia akan dinilai telah bersedekah. Jika utangnya belum bisa dilunasi lagi, lalu dia masih memberikan tenggang waktu setelah jatuh tempo, maka setiap harinya dia akan dinilai telah bersedekah dua kali lipat nilai piutangnya.” (HR. Imam Ahmad, Abu Ya’la, Ibnu Majah, Ath Thabrani, Al Hakim, Al Baihaqi)

2. Pinjaman bisa menjadi penyebab Naungan Allah SWT

مَنْ أَنْظَرَ مُعْسِرًا أَوْ وَضَعَ عَنْهُ أَظَلَّهُ اللَّهُ فِى ظِلِّهِ

Barangsiapa memberi tenggang waktu bagi orang yang berada dalam kesulitan untuk melunasi hutang atau bahkan membebaskan utangnya, maka dia akan mendapat naungan Allah.” (HR. Muslim)

Sudut Pandang Yang Berbeda

Sudut pandang serta jangkauan pandang orang beriman membuat amaliyahnya berbeda dengan orang yang tidak beriman.

Orang beriman memandang uang semata-mata sebagai sarana untuk beribadah. Karena pada dasarnya, keberadaan manusia di dunia ini adalah untuk beribadah. Allah SWT berfirman di dalam surat adz Dzariyat ayat 56yang artinya, “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

Uang bisa menjadi salah satu sarana ibadah bagi kaum Mukminin. Mencari uang secara halal untuk memenuhi kebutuhan hidup bagi kaum Mukiminin merupakan perjuangan di jalan Allah. Uang yang diperoleh bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup seorang mukmin beserta keluarga yang ditanggungnya. Uang juga bisa digunakan untuk bersedekah kepada orang di sekitarnya yang membutuhkan. Dengan demikian sejak proses mencari hingga membelanjakan uang, semuanya bisa bernilai ibadah.

Sementara jangkauan pandang orang beriman bukan saja menghargai kehidupan dunia, namun juga kehidupan akhirat. Maka keimanan ini membuat seseorang mampu melihat keuntungan-keuntungan yang sifatnya lebih hakiki.

Dalam hal pemberian pinjaman tanpa riba, diantara keuntungannya adalah bisa bernilai Sedekah dan berpeluang untuk mendapat Naungan Allah SWT di akhirat kelak. Hal-hal ini hanya bisa dihargai oleh orang yang beriman. Hanya dengan menggunakan sudut pandang keimananlah kita bisa menyadari keuntungan-keuntungan tersebut.

Oleh karenanya, patutlah kita untuk selalu menggunakan sudut pandang keimanan dalam memandang aktivitas kita sehari-hari agar kita bisa melihat potensi keuntungan-keuntungan yang hakiki meski di mata orang lain terlihat sepertinya kita akan merugi.

Wallahu a’lam

 

Surat Al ‘Ashr 1-3:

1. Demi masa

2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian

3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran

 

Bekasi, 27 Agustus 2018

[zombify_post]

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru