26.7 C
Jakarta

Penguatan Ideologi Pancasila Tangkal Radikalisme

Artikel Trending

AkhbarNasionalPenguatan Ideologi Pancasila Tangkal Radikalisme
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Jakarta – Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi (BPIP) Antonius Benny Susetyo mengatakan, penguatan ideologi Pancasila bagi warga bangsa akan dapat menangkal radikalisme di negara ini. Terorisme dan intoleransi yang terjadi selama ini telah menyalahi nilai-nilai luhur Pancasila.

“Penguatan ideologi Pancasila menjadi perisai untuk menangkal paham radikal,” kata Benny saat menjadi pembicara pada webinar bertema “Gerakan Radikal dan Krisis Identitas di Tengah-tengah Masyarakat Indonesia” yang diselenggarakan Kerapatan Indonesia Tanah Air (KITA) di Jakarta, Kamis (10/9/2020).

Pembicara lainnya adalah Koordinator KITA Maman Imanul Haq, Guru besar Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UIN-SU) Syahrin Harahap, dan Ketua Pimpinan Pusat Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi) Philip K Wijaya

Benny mengatakan, bersikap radikal dalam menghayati agama tidak salah. Sebab yang salah adalah memanipulasi agama untuk kepentingan politik.

“Menjadi orang radikal dalam menghayati agama tidak salah. yang menjadi persoalan adalah memanipulasi agama untuk merebut kekuasaan politik dengan kekerasan dan memaksa orang lain,” tegas Benny.

Selain itu, lanjutnya, penguatan ideologi sangat penting dan menjadi praksis bagi masyarakat. “Pancasila menjadi rasa kemanusiaan dan rasa kerakyatan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” ujarnya.

Radikalisme Membajak Keyakinan

Radikalisme lebih kepada kultur kematian karena membiarkan sesuatu yang tak masuk akal menjadi masuk akal. Radikalisme yang terjadi adalah kultur dari kematian yang membajak keyakinan suci guna melegalkan ideologi kematian.

“Radikalisme yang terjadi adalah kultur kematian, karena ideologi kematian yang merusak keadaban kemanusian dan menghancurkan wajah Tuhan,” katanya.

BACA JUGA  Wamenag Ingatkan Masyarakat untuk Jaga Persatuan Selamanya

Dalam hal ini, kata Benny, pemerintah dan masyarakat harus mampu mengambil ruang publik agar konten positif lebih dominan dikonsumsi oleh masyarakat.

Sementara itu, Koordinator KITA Maman Imanul Haq mengatakan bahwa pelaku radikalisme biasanya tidak mendapatkan pemahaman secara utuh hanya berpatokan kepada satu atau dua ayat atau hadis. “Orang-orang radikalisme hanya punya satu atau dua ayat atau dalil tanpa mau menerima dalil lain,” jelasnya.

Solusinya Maman menjelaskan harus membuat media literasi baik di pesantren maupun gereja. Ciri lainnya para pelaku radikalisme adalah anti dialog dan playing victim.

“Mereka juga anti dialog. Melahirkan kelompok licik dan playing victim, tetapi semua yang dikatakan tidak benar,” jelas Maman.

Maman berharap perlunya diajak lebih banyak dialog dalam membentuk kesepakatan bersama. Sosialisasi Pancasila juga tidak boleh secara doktrinisasi.

Dalam pandangan Guru Besar UIN Syahrin Harahap, radikalisme dalam pengertian yang sejati dimiliki oleh semua agama dan ideologi.

“Jati diri digali hal yang paling radikal di Indonesia semua agama mengandung nilai universal yang diakui dan dijunjung tinggi oleh seluruh umat manusia. Cara pemahaman kita tehadap Pancasila harus juga dirujuk pada nilai universal,” jelas Syahrin.

Ketua Umum Permabudhi Philip K Wijaya menyatakan, pemerintah harus mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara harus memiliki corak, yang mempunyai tugas sosialisasi Pancasila adalah pemerintah.

“Politik ekonomi sosial dan budaya yang tidak sehat sehingga ketika ada yang menawarkan paham baru akan mudah diterima oleh masyarakat,” jelasnya.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru