30.1 C
Jakarta

Hari ‘Asyura dalam Perspektif Historis

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahUlasan Timur TengahHari 'Asyura dalam Perspektif Historis
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Bulan Muharram merupakan salah satu dari empat bulan haram yang telah Allah muliakan. Secara khusus Allah melarangan berbuat zalim pada bulan ini untuk menunjukkan kehormatannya. Sangat banyak nash yang menjelaskan kelebihan bulan Muharram merupakan salah satu bulan haram yang dimuliakan. Selain itu, ‘asyura selalu identik dengan bulan muharram. Keduanya seolah dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

Hal ini sebagaimana disebutkan  dalam surat At-Taubah berbunyi: “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu…”(QS.At Taubah ayat 36).

Selanjutnya, menguatkan pendapat di atas, Rasulullah Saw bersabda, “Dalam satu tahun ada 12 bulan, di antaranya ada empat bulan haram, tiga bulan secara berurutan adalah Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajabnya Mudhor yang berada di antara Jumada dan Sya’ban” (HR.Bukhari).

Allah melarang kita berbuat zalim pada bulan Muharram menunjukkan bahwa dosanya lebih besar daripada dikerjakan pada bulan-bulan selainnya. Sebaliknya, amal kebaikan yang dikerjakan di dalamnya juga dilebihkan pahalanya.

Historis  Hari Asyura

Kita mengetahui bahwa dalam bulan Muharram terdapat hari-hari yang bersejarah dan mempunyai banyak kelebihan yang dikenal  dengan istilah yaumul asyri (hari sepuluh) dan ada istilah yaumul ‘asyir (hari kesepuluh). Dua kalimat tersebut walaupun mirip dan terbentuk dari akar kata yang sama tetapi memiliki maksud dan pengertian yang berbeda.

Yaumul asyri artinya hari sepuluh yaitu hari mulai tanggal satu sampai tanggal sepuluh . Sedangakan yaumul asyir artinya hari kesepuluh atau hari pada saat itu tanggal 10 Muharram yang biasanya di sebut hari asyura’.

Dalam catatan sejarah  hari Asyura menjadi populer karena bagi kelompok Syi’ah dijadikan sebagai hari berkabung atas kesyahidan Sayyidina Husain bin Ali bin Abi Thalib yang tebunuh oleh tentara Yazid bin Mu’awiyah di Karbala pada 61 H atau sekitar 680 M. sementara itu kalangan Sunni, hari Asyura menjadi hari istimewa karena pada hari itu amal kebaikan akan dilipatgandakan, begitu juga perbuatan dosa.

Sejarah menyebutkan bahwa Nabi Musa dan orang-orang Yahudi sudah terbiasa puasa di hari Asyura untuk mengekspresikan kegembiraan mereka kepada Allah SWT karena telah diselamatkan dari Fir’aun dan tentara-tentaranya. Bahkan puasa ini telah dimulai sejak zaman Nabi Nuh. Sementara pada masa pra-Islam, bangsa Arab, terutama bangsa Quraisy menjadikan hari Asyura sebagai hari raya, yang diekspresikan dengan cara berpuasa.

Menurut imam al-Qurthubi dalam al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an, barangkali kebiasaan puasa yang dilakukan orang-orang Quraisy adalah menginduk syari’at Nabi Ibrahim. Abu al-Laits Nashr bin Muhammad bin Ibrahim al-Samarqandi dalam bukunya Tanbih al-Ghafilin menyebutkan beberapa pendapat ulama mengenai penyebab penamaan hari Asyura. Menurut sebagian ulama, di antaranya Ibnu Katsir, bahwa dinamakan Asyura karena berada diurutan ke-10 dari bulan Muharram.  Sebagaimana disebut tasu’a karena berada diurutan hari ke-9 dari bulan Muharram

Kenapa dinamakan dengan hari Asyura? Menjawab pertanyaan ini, sebagian ulama menyebutkan bahwa ada sepuluh nabi yang dimuliakan dengan sepuluh kemulian yaitu: Pertama, Allah telah menerimanya taubatnya Nabi Adam as. Kedua, Allah telah mengangkat Nabi Idris as. ke tempat yang mulia. Kegita, Allah telah menyelamat Nabi Nuh as. dan kaumnya dari banjir bandang. Keempat, Allah telah menyelamatkan Nabi Ibrahim atas api yang membara dari pembakaran Raja Namrudz, kemudian diangkat menjadi Khalilullah (kekasih allah).

Kelima, Allah telah menerimanya taubatnya Nabi Dawud as. Keenam, Allah telah menyelamatkan Nabi Musa as. dan umatnya dari kejaran Raja Fira’un. Pada hari itu juga Fir’aun ditelenggelamkan Allah ke dalam laut merah. Ketujuh, Allah telah menyelmatkan Nabi Yunus as. dan mengeluarkanya dari perut ikan. Kedelapan, Allah telah mengembalikan kerajaan Nabi Sulaiman as. Kesembilan, Allah telah mengangkat Nabi Isa ke langit.

Kesepuluh, Allah memberikan jaminan pengampunan pada Nabi Muhammad Saw baik yang sudah terjadi maupun yang belum terjadi.Selain yang disebutkan diatas ada pendapat lain yang mengatakan bahwa nama asyura’ disematkan karena menjadai urutan ke-10 dari 10 keistimewaan yang diberikan oleh Allah kepada umat Nabi Muhammad Saw.

Sepuluh keistimewaan itu antara lain: 1. Bulan Rajab 2. Bulan Sya’ban 3. Bulan Ramadhan 4. Malam lailatul qodar 5. Hari Raya Idul Fitri 6. Ayyamul asyr atau hari sepuluh 7. Hari arofah 8. Hari Raya Idul Adha 9. Hari Jum’at 10. Yaumul asyura

Para ulama lainnya  mengatakan bahwa ‘Asyura’ mempunyai banyak keistimewaan yang tidak terjadi pada hari-hari lainnya. Diantaranya Nabi Adam as dimasukkan surga oleh Allah pada tanggal 10 Muharram, taubatnya Nabi Adam as diterima oleh Allah swt juga pada tanggal yang sama yaitu ‘Asyura’ , kapal Nabi Nuh as bersandar juga tanggal 10 Muharram, Allah menenggelamkan fir’aun di laut juga tanggal 10 Muharram, Nabi yunus dikeluarkan dari ikan juga bertepatan pada tanggal 10 Muharram, dan lainnya.(Kitab Nihayatut Zain juz 1 Hal. 196 ).

Berdasarkan pembahasan di atas setidaknya membuka sepintas cakrawala kita catatan sejarah hari Asyura dan ini merupakan momentum kita untuk memperbanyak ibadah di awal tahun hijrah. Amin.

 

Tgk. Helmi Abu Bakar El-Lamkawi
Tgk. Helmi Abu Bakar El-Lamkawi
Guru Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga dan Dosen IAI Al-Aziziyah Samalanga, Bireuen dan Ketua PC Ansor Pidie Jaya, Aceh.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru