26.1 C
Jakarta

Beginilah Ngaji Bab Wudhu yang Benar dalam Islam

Artikel Trending

Asas-asas IslamFikih IslamBeginilah Ngaji Bab Wudhu yang Benar dalam Islam
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Menyimak praktik ustadz Wahabi tentang Wudhu sesuai sunah lucu sekali. Maklum mereka tidak bermadzhab, jadi ketika praktik Wudhu; Rasulullah saw, Ustman bin Affan, Imam Bukhari, Imam Syafi’i dan Imam Nawawi disebut semua.

Kalau dalam madzhab Syafi’i ini namanya talfiq kepada banyak ulama. Wudhu seperti itu tidak dibenarkan menurut semua madzhab; air misalnya, menurut semua madzhab tidak sah, menurut madzhab Syafi’i musta’mal menurut madzhab lain seperti Maliki; Thahir ghairi muthahhir (suci tapi tidak bisa dijadikan alat untuk mensucikan).

Dalam madzhab syafii boleh  اغتراف الماء باليد mengambil air dari gayung dengan tangan saat wudhu tapi dengan niat اغتراف, niat menjadikan tangan sebagai alat mengambil air. Tapi syaratnya kedua telapak tangan harus dibersihkan dulu. Niat memang dalam hati, seharusnya pada momen memberikan contoh seperti itu dia menjelaskan itu.

Wudhu seperti itu juga tidak sah menurut madzhab Maliki karena madzhab Maliki mewajibkan جريان الماء فى أعضاء الوضؤ, mengalirnya air pada organ tubuh yang menjadi rukun wudhu, dan wajib الدلك menggosok-gosok organ wudhu.

Madzhab Syafi’i, seperti dia kutip dari Imam Nawawi mencukupkan استيعاب الماء menyeluruh air ke organ wudhu tanpa mengalir dan menggosok, tapi penggunaan air seperti itu menurut Imam Nawawi juga tidak sah, menurut Imam Nawawi dan ulama Syafiiyah lainnya air bekas wudhu atau air sedikit  yang terkena tetesan air bekas wudhu jadi mus’tamal, atau dalam madzhab lain masuk kedalam kategori طاهر غير مطاهر suci tapi tidak bisa dijadikan alat bersuci.

BACA JUGA  Bolehkah Membawa Azimat Yang Berisi Zikir Ke Dalam Toilet?

Kalau wudhunya tidak sah menurut semua ulama madzhab, maka sholat dan ibadah lain yang mensyaratkan wudhu juga tidak sah. Jadi implikasinya tidak sepele.

Soal baca al-Qur’an keliru, dari kelompok ini persoalannya bukan hanya karena malas atau tidak belajar atau tidak berguru, tetapi akibat kekacauan sistemik dan epistemik yang pada akhirnya menyepelekan dan rancu dalam pengalaman beragama. Epistemologi mereka lahir prematur, kira-kira begitu kata Khalid Aboul Fadl. Akhirnya cacat seumur hidup.

Jangankan ustadz mereka yang bergurunya langsung kepada Rasulullah dan Google,  yang langsung ke Arab saja kacau seperti yang mencontohkan praktek wudhu itu.

Sekaliber Imam Bukhari saja bermadzhab, Tajudin Asubki memasukan Imam Bukhari kedalam Thabqat Syafi’iyah dalam Thabaqat Syafi’iyah, Shadiq Hasan Khan memasukan beliau sebagai Syafi’iyah dalam Abjadul Ulum, Abu Ya’la memasukan beliau kedalam Thabaqat Al-Hanabilah, dan Syeikh Nurudin Itr menyebut al-Bukhari pembaca kitab-kitab fikih Hanafiyah.

Meskipun ada ulama yang mengatakan Mujtahid Mustaqil, tapi kita tahu beliau mempelajari semua madzhab. Tidak anti madzhab dan tidak meremehkan madzhab hanya karena Imam Bukhari pakar hadis.

Lalu kita siapa? Mengaku berguru langsung kepada Rasulullah dan belajar wudhu langsung melalui al-Quran dan hadis. Berwudhu sesuai sunah itu menurut saya sangat tendensius; maksud dia selama ini kita orang Indonesia wudhunya tidak benar menurut Rasulullah.

Fahamilah arah mereka, ucapan dan perbuatan mereka dalam pengajian memang selalu tendensius.

Jadi jangan percaya kalau ada orang yang ngomong langsung berguru kepada Rasulullah  saw.

 

Ustadz Ahmad Tsauri

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru