27.1 C
Jakarta

Awal Mula Munculnya Gerakan HTI di Indonesia

Artikel Trending

KhazanahOpiniAwal Mula Munculnya Gerakan HTI di Indonesia
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Awal Mula Munculnya Gerakan HTI di Indonesia

Oleh: KH. Abdi Kurnia Djohan, SH., MH*

Disebut-sebut ‘khilafah’ mulai ramai sejak tahun 2000, kurang lebih sudah 17 tahun lamanya. Tidak sedikit kader-kader Nahdlatul Ulama yang tertipu dan ‘tergelincir’, sehingga memberikan dukungan moril maupun materiil terhadap Hizbul Khilafah.

Dalam sebuah perbincangan dengan guru saya, KH. Abdul Adzim bin Muhammad Suhaimi, seorang ulama sepuh di kawasan Mampang Prapatan Jakarta Selatan. Beliau adalah ulama senior dari alumni universitas al-Azhar Mesir. Beliau pertama yang menulis tesis tentang ‘Gerakan Zionisme di Dunia Islam’. Beliau mengatakan kepada saya: “Isu khilafah itu pernah digembar-gemborkan di Mesir, tetapi tidak laku. Kemudian isu itu diekspor ke Australia.”

Setelah saya coba telususri, siapa yang pertama kali membawa isu khilafah ke Indonesia. Orangnya masih hidup di Kota Bogor, namanya Abdurrahman al-Baghdadi. Dia adalah lulusan IPB Bogor yang pernah menuntut ilmu, sekolah S2 di Australia. Di sana ia bertemu dengan para aktifis khilafah dan membawa isu khilafah ini ke Indonesia. Kemudian di Indonesia ia mengkader antara lain Bapak Mahfudz Kurnia, Ismail Yusanto dan Muhammad al-Khattat (nama aslinya Muhammad Gatot Saptono). Beberapa dari yang lainnya kemudian mendirikan cabang yang dinamai Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).

Sebelum mendirikan gerakan tersebut, Abdurrahman al-Baghdadi berputar kemana-mana dalam rangka menawarkan gagasan khilafah. Gagasan ini selalu mendapat penolakan. Ketika ditawarkan ke Jamaah Tabligh (JT) tetapi ditolak. Kata mereka: “Lho jangan tawarkan khilafah ke saya. Kalau mau tawarkan masjid kosong, ya pasti saya terima.” Kemudian gagasan itu ditawarkan ke Dewan Dakwah, tetapi juga ditolak.

Sehingga gagasan khilafah ini sempat menjadi ‘musuh bersama’ di antara ormas-ormas Islam. Tetapi Abdurrahman al-Baghdadi tidak berani menawarkannya ke PBNU, karena sudah alergi dengan Gus Dur ketika itu. Jadi Gus Dur ini tidak perlu berdebat, dengar namanya saja orang sudah enggan. Ini luar biasanya Gus Dur, namanya menang sebelum perang. Jadi tidak perlu banyak mengeluarkan energi, karena Gus Dur selalu memakai prinsip: “Gitu aja koq repot”!

BACA JUGA  Kebebasan Manusia dan Peradaban Anti-Radikal

Itulah awal-mula munculnya gagasan khilafah, yang kemudian berkembang terus dari IPB masuk ke UI, ITB dan kemudian berkembang ke universitas atau kampus-kampus negeri unggulan di Pulau Jawa. Sampai sekarang, yang mengagetkan saya, isu khilafah sudah sampai di pulau terkecil di Sulawesi Tenggara.

Dan yang mengecewakan saya, nama saya dicatut sebagai ustadz khilafah. Kenapa? Karena saya ini dianggap dekat dengan aktifis-aktifis khilafah dan pada akhirnya saya dianggap sebagai guru mereka. Dan parahnya itu dijadikan sebagai jualan. Silakan searching di google maka akan ditemukan nama saya. Itu awalnya saat saya menghadiri sebuah seminar ‘Menyikapi Jatuhnya Husni Mubarak dari Kursi Pemerintahan’. Saya tidak tahu kalau acara itu ternyata adalah acara promosi mereka. Yang menghadirinya kebanyakan kau awam dari berbagi macam lapisan masyarakat.

Tetapi yang membuat saya tertawa adalah bahasanya seperti bahasa Bakornas dan Bapernas. Maksudnya, bahasanya di sana bukan bahasa merakyat, tetapi bahasa yang sifatnya elit seperti membahas pendapatan negara dan membahas kebijakan politik. Sedangkan yang hadir di situ adalah seperti tukang sayur dan tukang jamu, sampai mereka saling bertanya: “Pendapatan perkapita itu apa?” Bahkan terlalu tinggi, sehingga saya yakin dari sekian banyak peserta yang menghadirinya tidak faham apa itu isu khilafah.

Kalau ini didiamkan yang terancam bukan cuma negara, tapi juga agama. Karena ada upaya politisasi agama untuk kepentingan-kepentingan politik tertentu.

*Penulis adalah Pengurus Lembaga Dakwah PBNU

 

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru