31.4 C
Jakarta

Ade Bercerita tentang Radikalisme

Artikel Trending

KhazanahInspiratifAde Bercerita tentang Radikalisme
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Mungkin kalian kenal dengan seorang dosen Universitas Indonesia Ade Armando. Sebagai dosen Ade bukan hanya sharing pengetahuan di bangku kuliah, namun pula terjun langsung ke masyarakat. Salah satu yang dilakukan Ade adalah membuka kedok radikalisme.

Seperti yang kalian tahu, kelompok radikal membentuk organisasi masyarakat (ormas) yang “sok” Islami. Cara berpikirnya sangat tertutup melihat perbedaan, bahkan perbuatannya lebih kejam daripada binatang. Kelompok ini tak segan-segan melabrak massa bila dianggapnya melanggar syariat Islam.

Ade pikir, kelompok radikal keterlaluan. Kelompok ini seakan menjadi Tuhan yang berhak menghakimi siapa saja yang dianggapnya melanggar. Kelompok ini memecah belah persatuan yang semestinya dijaga. Bahkan, kelompok berbahaya ini mencoreng citra Islam yang mencintai perdamaian dan menebar kasih sayang.

Kelompok radikal, dalam pengamatan Ade, pernah menyerang aksi damai Aliansi Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan yang diselenggarakan di Monas pada tahun 2008. Ratusan pengikutnya memukuli para anggota aksi yang bukan hanya terdiri dari pria dewasa, namun pula ibu-ibu. Terdapat empat belas orang terluka.

Semenjak kejadian itu, kelompok radikal dikenal sebagai kumpulan tukang pukul yang berjubah agama. Malah, Ade pernah mendengar cerita temannya yang merasa capek berurusan dengan kelompok radikal. Jika kelompok radikal datang, cukup kasih amplop—tentunya, berisi uang “sogok”—terus, semuanya sudah beres. Kelompok radikal bakal pergi, karena udah mengantongi duit.

Selain itu, kelompok radikal pernah mengancam majalah Playboy pada 2006. Kelompok ini menolak kehadiran majalah dewasa ini di Jakarta. Sampai mereka menuntut ke pengadilan. Seorang mantan PemRed Playboy pernah cerita kepada Ade, bahwa kelompok radikal akan menstop proses pengadilan kalau tim Playboy mau memenuhi sebuah permintaan.

BACA JUGA  Serial Pengakuan Eks Napiter (C-LI-XXVII): Eks Napiter Sri Pujimulyo Siswanto Menceritakan Alasan Terpapar Terorisme

Kelompok radikal minta tiket ke Bali dan dibiayai ongkos naik haji. Ini ceritanya pengin berlibur dan beribadah. Setelah permintaan itu terpenuhi, kelompok ini masih minta lebih. Kelompok ini juga minta disediakan perempuan bule. Mendengar permintaan itu, PemRed menolak sambil bilang: Kami bukan germo. Ade mempercayai cerita ini, karena Si PemRed menyampaikannya di tengah publik.

Masihkah masyarakat Indonesia berkiblat kepada kelompok radikal? Jangan lah. Karena, organisasi semacam ini bukan murni kepentingan agama, tapi lebih kepada kepentingan politik. Islam yang dikehendaki oleh Rasulullah Saw. adalah Islam yang menjaga lisan agar tidak bertutur kata yang kasar dan tidak bersikap ekstrem. Hidayah itu tidak patut dipaksakan. Karena, yang berkuasa atas hidayah itu hanyalah Tuhan.

Lewat cerita Ade ini, masyarakat Indonesia mulai sadar. Kesadaran mereka dibuktikan dengan kesetiaan mereka terhadap keutuhan NKRI. Mereka lebih memilih tegaknya persatuan di tengah perbedaan, entah perbedaan agama maupun perbedaan budaya. Perbedaan disadari bukan sebagai petaka, tapi sebagai rahmat.[] Shallallah ala Muhammad.

*Tulisan ini dinarasikan dari cerita Ade Armando yang dimuat di media online vivanews.com

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru