27.3 C
Jakarta
Array

5700 KM Menuju Surga (Bagian XLI)

Artikel Trending

5700 KM Menuju Surga (Bagian XLI)
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

PERWIRA ITU LANGSUNG MENCIUM AL – QUR’AN

Museum Nasional Alepo

Alepo, nama kota ini begitu terkenal di dunia karena berbagai peristiwa sejarah yang terjadi di kota terbesar di Syiria ini. Dalam kekhalifahan Utsmaniyah sendiri, Alepo merupakan kota terbesar ketiga di antara kota-kota kekuasaan Utsmaniyah sesudah Kairo dan Istanbul. Sedangkan dalam catatan sejarah, Alepo merupakan kota yang paling tua dihuni oleh manusia.

Pada suatu malam Senad menginjakkan kaki di Alepo, zona perang yang paling membahayakan di Syiria karena kota ini merupakan basis perjuangan antipemerintahan Bashar al Asad. Ketika itu malam hari. Hari sudah gelap sekali. Di hampir segala penjuru jam malam diberlakukan sehingga membuat penduduk tidak ada yang keluar rumah sama sekali. Sedangkan Senad berjalan terus meski pun kondisi sudah gelap gulita.

Dalam kegelapan, Senad tidak menyadari kalau beberapa pasang mata memerhatikannya. Mereka adalah tentara-tentara Bashar al Asad yang bertugas menjaga keluar masuknya orang ke kota Alepo. Beberapa orang prajurit menghadang langkah Senad dan menyuruh Senad berhenti. Dengan tenang Senad berhenti,

“Asalamualaikum,” ucap Senad kepada para tentara yang bertugas itu. Mereka menjawab salam Senad dan beberapa saat kemudian dengan bahasa Rusia, mereka menginterogasi Senad mengenai kedatangan dan tujuan Senad melintasi kota Alepo.

Sesudah menjelaskan maksud dan tujuannya, seorang perwira menyuruh Senad mengeluarkan semua barang yang ada di ranselnya. Mereka adalah petugas-petugas yang harus bertanggungjawab kepada atasannya. Mereka tidak mau kecolongan sehingga menyebabkan mereka terkena sangsi atau hukuman karena di kota Alepo siang malam terjadi peperangan di sana.

Maka Senad mulai mengeluarkan semua barang dengan tenang dan pelan-pelan; semua baju yang ia bawa, peta, dan lain-lain ia keluarkan semua sampai seluruh isi tasnya dalam keadaan kosong. lalu dia mengatakan bahwa dia berasal dari Bosnia, dia mencintai Allah dan Syiria. Senad mengangkat al-Qur’an dan bendera Bosnia di tangannya sesudah menjelaskan itu.

Lalu perwira itu mendekati Senad, memegang tangan Senad yang sedang memegang al-Qur’an dan didekatkannya tangan itu untuk kemudian perwira itu segera mencium al-Qur’an dan mengatakan kepada Senad bahwa ia minta maaf telah menyuruh Senad mengeluarkan seluruh isi tasnya. Ia kemudian memeluk Senad dan mendoakan agar Senad tidak tewas selama melintasi Syiria yang sedang berkecamuk perang itu. ***

ALLAH BERSAMAKU, ALLAH BERSAMAKU

Masjid Agung Alepo

Ketika itu hari masih terang, Senad sedang berjalan kaki di sebuah ladang di daerah Alepo. Sejak perang berkecamuk banyak petani yang tidak lagi mengurus ladangnya karena mereka bergabung bersama para pejuang, dan ada juga yang tidak mengurusnya karena takut dengan kondisi peperangan yang terjadi. Mereka kuatir menjadi korban dari perang saudara yang makin sengit dan menjadi-jadi.

Senad terus berjalan di ladang sendirian. Tiada satu pun orang yang ia lihat. Tiba-tiba ketika Senad sedang berjalan  sekelompok orang Suriah muncul, beberapa saat sesudah kemunculan orang-orang Suriah itu secara mendadak tentara-tentara revolusioner yang memegang senjata api muncul mengepung mereka. Satu persatu semua orang disuruh menyerahkan dokumen pribadi mereka ke tentara revolusi.

Dalam kondisi seperti itu, tiba-tiba Senad teringat apa yang dilakukan oleh nabi Musa ketika ia dan balatentaranya dikejar oleh Fir’aun, kala itu pengikut-pengikut nabi Musa yang melihat Fir’aun dan balatentaranya makin mendekat sehingga mereka panik. Mereka berkata kepada nabi Musa,” Sesungguhnya kita akan benar-benar tersusul.” Kemudian nabi Musa berkata kepada para pengikutnya,”Sekali-kali tidak akan tersusul, sesungguhnya Allah bersamaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku.”[1]

Senad merasakan kalimat itu membuat ia senantiasa disertai oleh Allah, dilihat, dan disaksikan oleh Allah SWT di mana saja dan kapan saja. [2] Senad pun berkata,”Allah bersamaku, Allah bersamaku.” Sambil berharap semoga ia tidak mendapatkan masalah dalam pemeriksaan yang dilakukan oleh tentara revolusiner.

Para tentara revolusioner kemudian mengambil semua dokumen dari orang Syiria tanpa terkecuali, sementara ketika mereka melalui Senad, Senad sama sekali tidak diminta untuk menyerahkan dokumennya. Bahkan diperiksa pun tidak. Ia  dibebaskan melewati pemeriksaan itu tanpa ditanya sama sekali.***

DI DAMASKUS SANG IMAM MENANGIS SAMBIL BERDOA

Senad hari itu memasuki kota penuh pesona, begitulah kata orang-orang ketika menggambarkan kota Damaskus. Bahkan seorang musafir muslim dari Spanyol, Ibnu Jubair, 12 M, menyebut Damaskus sebagi surga di muka bumi seperti dalam barisan kata-kata indahnya,”Seandainya surga itu ada di muka bumi, maka tanpa diragukan lagi Damaskus-lah surga itu. Tapi apabila surga itu berada di tempat sebagaimana Allah menciptakannya, maka Damaskus adalah pengandaian keindahan surga Allah di bumi.”

Senad begitu antusias memasuki kota ini sesudah melewati kota Alepo yang senyap dan mencekam. Damaskus memang cantik pikir Senad, kota yang menghadap ke gunung Qasyum itu begitu rupawan laksana gadis perawan yang bersolek. Apalagi ketika Senad menatap kota Damaskus di sore hari dari Yousef al Azmeh Square. Maka kota Damaskus seperti ditaburi jutaan gemintang yang berkerlap-kerlip di atasnya.

Tapi keindahan Damaskus yang begitu memesona itu menyiratkan kesedihan di hati Senad karena Syiria hampir secara keseluruhan sedang diselimuti perang. Toko-toko dan tempat perbelanjaan tutup. Bahkan kota yang berpenduduk sekira 10 juta orang itu tak mempunyai denyut ekonomi.  Semua bank dan ATM bukan hanya tutup tapi digembok besar-besar.

Sepeser pun uang takkan bisa ditarik di kota ini. Ketika Senad melakukan shalat jumat di kota yang meliburkan semua aktifitas karyawan di hari itu, dalam doanya sang imam menangis ketika dia berdoa untuk negerinya. Sungguh sang imam begitu sedih dengan konflik yang mendera umat Islam khususnya di Syiria.

Seusai shalat, Senad menemui dan memeluk sang imam, sang imam menyambut pelukan Senad, untuk kemudian mereka berbincang-bincang. Dalam obrolan tersebut imam masjid itu baru mengetahui kalau Senadlah orang yang sedang dalam perjalanan menuju Mekah. Sang imam pun menyambut Senad dengan hangat dan membantu Senad menyediakan tempat untuk beristirahat. Ketika Senad akan meninggalkan rumahnya, sang imam mendoakan Senad agar selamat dan tidak terjadi apa-apa di Suriah yang tengah dilanda perang itu. ***

Ikuti penulis di:

Wattpad:birulaut_78

Instagram: mujahidin_nur

[1] Qs. Asyu’ara  : 60-62

[2] Sebagaimana yang dikatakan oleh Syeikh Imam Abdul Halim Mahmud, Syeikh al-Azhar University, Kairo.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru