28.9 C
Jakarta
Array

5700 KM Menuju Surga (Bagian XL)

Artikel Trending

5700 KM Menuju Surga (Bagian XL)
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

11  HARI DI SYIRIA YANG TERCABIK

***

BERMINGGU-MINGGU MENUNGGU DI JEMBATAN BOSPHORUS

Senad terus bernegosiasi agar ia diperbolehkan untuk melewati Bosphorus Bridge yang terletak di jalan Bosphorus itu. Namun menurut peraturan semua yang akan melalui jembatan yang menghubungkan antara Eropa dan Asia ini tidak boleh dilakukan dengan berjalan kaki. Artinya  harus menaiki kendaraan roda empat. Tapi bagi Senad perjalanan ini (NUR ILAHI) hendaklah dilihat sebagai perjalanan suci sehingga caranya juga sesuai dengan perintah Allah. Karenanya, dia tidak patah arang, dia berusaha untuk menjelaskan mengenai apa yang sedang dilakukannya itu kepada para petugas.

Namun petugas jembatan yang dibangun oleh Sir Willian Brown dan Gilbert Roberts, arsitektur kenamaan dari Freeman Fox and Patner, Inggris ini tetap saja tidak bisa memahami cara Senad berjalan kaki melewati jembatan itu[1]. Malah mereka memberikan masukan ke Senad agar ia menaiki kendaraan umum untuk melewati jembatan yang menurut mereka lebih aman dan tidak membahayakan keselamatan Senad.

Karena negosiasi hari itu buntu, Senad meminta ijin bahwa dia akan menginap di tenda tidak jauh dari lokasi jembatan ini untuk mengurus ijin agar ia bisa melewati jembatan ini dengan berjalan kaki, “Kami tidak bisa melarangmu wahai saudaraku, silahkan!” tukas petugas itu.

“Semoga besok lusa ada kebijakan yang baik untukku. Karena Allah dan rasulNya,” ujar Senad dengan nada datar. Dia tidak habis pikir, kenapa sebegitu kakunya birokrasi di dunia ini, padahal mereka sudah tahu bahwa apa yang sedang dilakukannya adalah dalam rangka ibadah haji, mencari NUR ILAHI, guman Senad di dalam hati.

Sesudah berminggu-minggu Senad menunggu di jembatan yang dibangun pada tahun 1970 dengan panjang sekira 1.560 M, lebar 33.40 M ini akhirnya ada titik terang. Perlahan-lahan petugas jembatan Bosphorus melunak sesudah setiap hari Senad meminta mereka untuk mengijinkan dirinya melewati jembatan ini dengan berjalan kaki.

Allah Maha Mendengar, akhirnya sikap sabar dan doa Senad berbuah hasil, Senad diperbolehkan untuk melewati jembatan itu yang menurut catatan sejarah proposal pembangunannya sudah ada sejak Sultan Hamid II, salah satu sultan khalifah Turki Utsmaniyah. Senad melakukan sujud syukur kepada Allah dan memeluk para petugas jembatan untuk kemudian ia melanjutkan perjalanan menuju perbatasan Turki dan Syiria. Para petugas hanya menggelengkan kepala melihat kegigihan Senad dalam berusaha dan keyakinannya kepada Allah. ***

ORANG BOSNIA BERDOALAH UNTUKKU DI ARAFAH NANTI

Pagar perbatasan antara ras al Ain, Suriah dan Ceylanpinar, Sanliurfa, Turki.

Usai melewati jembatan Bosphorus, Senad akan memasuki Syiria, salah satu negara yang menjadi pusat kekuatan kekaisaran Romawi di abad ke 14 H di masa pemerintahan kekaisaran Heraklius. Damaskus juga menjadi saksi pertempuran sengit antara umat Islam dan pasukan romawi yang berjumlah 80.000 orang yang dipimpin oleh panglimanya Siqlab di satu sisi, sedangkan di pihak umat Islam di pimpin oleh Khalid bin Walid, Amrou bin Ash, dan sahabat Iyadh. Kala itu pasukan muslimin memeroleh kemenangan yang gemilang dalam penaklukan Damaskus di masa kekhalifahan Umar bin Khatab.

Senad begitu antusias memasuki negara ini, karena di masa kecil Rasulullah bersama ibunya, Aminah juga pernah singgah di Damaskus ketika melawat kuburan Abdullah, ayah nabi Muhammad. Di samping negeri ini telah begitu banyak melahirkan para ulama yang kepakaran ilmunya dirasakan dan memberikan banyak manfaat kepada umat Islam sampai saat ini.

Imam al Muwafak Ibnu Qudamah, seorang ulama kelahiran Palestina yang menuntut ilmu di Damaskus dan Baghdad, Imam ‘Izzudin ibn Abdissalam al Syafi’i, Syekhul Islam Ibn Taimiyah, Imam al Hafizh al Dzahabi, Taj al Diin al Subki, Imam al Hafizh Ibn Katsir,  Imam Ibn Rajab al Hambali, Imam Ibn al Jazari, Jamaludin al Qasimi dan lain-lain[2]. Nama-nama besar ulama itu, membuat Senad kagum dengan suasana keilmuan di Damaskus dari dahulu sampai saat ini.

Sejak sebelum berangkat banyak orang yang menasehati agar Senad jangan melewati Syiria, demi keamanan. Dia bisa melewati Irak untuk masuk Arab Saudi, namun betapa pun membahayakannya kondisi peperangan di Syiria Senad tetap akan melewati negara itu karena di dalam mimpinya Allah menyuruhnya untuk melewati Syiria, bukan melalui Irak ucapnya menjelaskan.

Sesudah sampai di perbatasan Suriah, Senad bersujud kepada Allah karena diberikan kesehatan dan keselamatan sampai ia bisa memasuki  negara kelima dari tujuh negara yang akan dilewatinya. Petugas-petugas emigrasi melihat Senad ketika sedang sujud di tanah tidak jauh dari perbatasan dengan perasaan takjub. Sebelumnya, mereka sudah mengetahui bahwa akan ada pejalan kaki menuju Mekah yang akan melewati negara mereka. Mereka begitu kagum dengan kesalehan laki-laki ini. Betapa ikhlas, tulus, dan kuatnya keyakinan yang ia miliki kepada Allah SWT.

Senad disambut dengan hangat oleh para petugas emigrasi Syiria. Namun sambutan itu tidak berarti Senad mendapatkan kemudahan dalam pengurusan visa di sini, “

“Urungkanlah niatmu wahai saudaraku. Seandainya tidak sedang dalam keadaan perang. Kami sungguh sangat bahagia menerimamu sebagai tamu di negara kami,” ucap seorang perwira penjaga perbatasan kepada Senad.

“Aku melarangmu bukan karena tidak memahami niatan muliamu untuk menunaikan ibadah haji, tapi tidakkah engkau takut dengan keselamatanmu sendiri,” ujarnya menjelaskan. Senad sangat berterimakasih sudah diberikan masukan dan mereka mengkuatirkan keselamatan Senad selama memasuki Syiria.

“Terimakasih Anda sudah sangat perhatian dengan keselamatanku, tapi tolonglah bantu ibadahku dengan memudahkan urusan visaku,” ujar Senad tetap keukeuh untuk melewati Syiria yang sedang terjebak dalam perang saudara itu. Sesudah bernegosiasi selama 7 jam lamanya dengan petugas-petugas emigrasi untuk mendapatkan visa, akhirnya Senad diperbolehkan melewati Syiria, sesudah perwira itu menyuruh salah seorang anak buahnya untuk memberikan visa kepada Senad.

Senad bersyukur kepada Allah, dengan serta merta dia bersujud kepada Allah dengan mata menghangat. Dia menyalami semua petugas perbatasan itu dan mengucapkan terimakasih kepada mereka.

Sebelum Senad meninggalkan perbatasan seorang perwira senior yang bertugas di perbatasan mendekati Senad dan memeluknya, kemudian ia berkata, “ Wahai orang Bosnia berdoalah kepada Allah untukku di Arafah nanti. Di sana Allah tidak akan menolak permohonan seseorang dan mengabulkan setiap doa yang dipanjatkan.” Pintanya sambil tangannya masih melingkar memeluk Senad. ***

Ikuti penulis di:

Wattpad:birulaut_78

Instagram: mujahidin_nur

[1] www. Wikipedia.com

[2] www.hidayatullah.com edisi on line 22 Juli 2913

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru