Harakatuna,com. Sulut-Kaum milenial sangat rentan terhadap aksi terorisme, sehingga kaum muda ini perlu mendapat perhatian khusus. Kasi Partisipasi Masyarakat BNPT Letkol Laut Setyo Pranowo SH.MM mengatakan hal ini karena kaum milenial mudah galau dan gampang dicuci otak.
Pranowo mengatakan ini dalam Forum Group Discussion (FGD) dengan tema ‘Ngopi Coi’ ngobrol pintar cara orang Indonesia, kegiatan ini berlangsung di Hotel Peninsula Manado, Sulawesi Utara (Sulut), Rabu (29/7/2020).
Kegiatan ini kerja sama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bersama Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sulawesi Utara. “Ada kasus anak-anak muda dicuci otaknya, yakni akan bertemu 72 bidadari. Anehnya, nosnya tak mau duluan,” katanya.
Tak hanya kamu milenial, perempuan saat ini juga telah menjadi bagian dari aksi pengeboman. Pranowo mencontohkan salah satu kasus, di mana istri dari seorang teroris malah lebih keras dibandingkan suaminya, yang mengajarkannya duluan.
Peristiwa lainnya perempuan meledakkan diri, bersama anak-anaknya. Pranowo menjelaskan, rata-rata orang yang ikut dalam aksi terorisme adalah mereka yang menempuh pendidikan ilmu eksak. “Ada universitas terkenal di Indonesia, jurusan eksak, orang-orangnya jadi begitu (teroris) semua rata-rata,” katanya.
Ia mengatakan dalam UU Pemberantasan Terorisme, BNPT menjadi leading sector yang bertugas antara lain menetapkan strategi kesiapsiagaan-nasional dalam penanggulangan terorisme. Narasumber lainnya, Yosep Adi Prasetyo mengatakan media jangan ikut mendukung aksi terorisme dengan memberitakan pesan terorisme secara berulang-ulang.
‘Media jangan ikut mendukung suasana teror, seperti glorifikasi terhadap aksi teror mereka,” katanya.
Ia menjelaskan sejak 2015 dewan pers telah membuat pedoman liputan terorisme, pedoman itu mengikat seluruh wartawan dan seluruh media. Meminta wartawan tidak memenuhi undangan untuk meliput aksi terorisme, segera melaporkan rencana aksi teroris tersebut ke aparat hukum.
“Demikian juga segala informasi yang menyangkut rencana aksi teroris atau rencana penanganan terorisme harus dilakukan verifikasi secara sungguh-sungguh agar tidak menimbulkan kepanikan di masyarakat, serta memisahkan pelaku terorisme dengan keluarganya,” ucap dia
Kepala Bidang Media Massa dan Humas FKPT, Aswin Lumintang S.Sos mengatakan media jangan vulgar dan bombastis memberitakan peristiwa radikalisme dan terorisme, sebaiknya isi berita menyejukkan masyarakat, memberikan edukasi kepada masyarakat bagaimana menangkal radikalisme dan terorisme.
Pada kesempatan ini, para pembicara melakukan talkshow live dalam siaran radio. Namun peserta juga bisa memberikan pertanyaan pada kesempatan tersebut.
Selanjutnya pada sesi kedua, Kabid Kepemudaan FKPT Sulut , Makmun Djaara menjadi moderator. Dalam sambutannya menutup rangkaian acara, Ketua FKPT Sulut, Max Togas SH mengatakan acara ini merupakan program rutin BNPT, yang tahun ini dilaksanakan di 32 Provinsi seluruh Indonesia.
Ia mengatakan kegiatan tersebut sangat penting dilaksanakan, agar para pemerintah kelurahan/desa sebagai ujung tombak dapat memahami dan peka atas gerakan radikal terorisme yang terjadi di sekitar lingkungannya.
“Di sisi lain, laju perkembangan teknologi juga sangat rentan dimanfaatkan untuk mendoktrin masyarakat melalui infomasi yang belum tentu benar di media sosial sehingga melalui kegiatan seperti ini, diharapkan akan memperkuat ideologi pancasila peserta pemerintah kelurahan/desa yang nantinya dapat berperan penting dalam masyarakat,” jelas dia
Apalagi tambahnya, tahun ini di Sulut akan menggelar hajatan pesta demokrasi, sehingga sangat rawan terjadi konflik. “Untuk melalui kegiatan ini, diharapkan akan mampu meredam gesekan yang terjadi, karena dengan adanya edukasi kepada para perangkat kelurahan/desa, tentu diharapkan materi ini akan turut disampaikan kepada masyarakat,” tandasnya.
Kegiatan ini dihadiri dihadiri akademisi, mahasiswa, babinsa, babinkamtikmas, kepala desa, lurah serta insan pers dan jajaran pengurus FKPT Sulut.